(Cerpen) Munculnya Keyakinan yang Hebat.
@fabelufy
/Faberry (Cerpen)
For recommendations, please plays "Kenangan Terindah (by Samsons) & Perahu Kertas (by Maudy Ayunda) while reading this story.
--
"Beb, aku mau lihat catatan mu, ya."
"Ya, silahkan, udah selesai makan nya?" Gadis bernama Tari itu mengangguk dan mulai menulis tulisan dengan buku pandu di depan nya. Dia sudah makan sementara gadis yang dipinjam bukunya itu baru memasukkan suapan pertama nasi dengan sayur bayam itu akhirnya mendarat setelah mengerjakan tugas sebanyak biji biji padi.
"Eh Erika, ayuk kerjakan buku tugas." Seorang gadis menepuk pundaknya, seorang gadis dari arah belakang.
"Loh, aku baru aja makan satu suap."
"Makan bisa nanti, tugas harus sekarang. Ayuk mumpung lagi ada guru nya."
Gadis itu berlalu.
"Ih ini masih istirahat, kamu gimana Ri?" Gadis yang baru makan itu menoleh pada teman sebangku nya.
"Bareng aja ayuk sama mereka. Kamu bisa makan nanti," Seraya sibuk mengambil buku dan pulpen, beralih dari kursi.
'Ya Allah serius ini.. aku punya maag loh.' Tidak mengikuti hati nya, gadis yang baru makan itu menutup kotak makan nya dan mengambil buku serta pulpen menyusul rekan-rekan nya yang sudah jauh.
Projek kurikulum pun hadir, ini kali pertama Erika mengikuti nya karena sebelumnya dia masih mengikuti kurikulum yang lama. Cukup semangat dan penasaran untuk mengikuti.
Kelompok pun terbentuk. Dengan tema pertama menyuarakan hak dan melakukan kewajiban. Beberapa projek sudah keluar, dan sekarang mereka harus membuat video promosi tentang hak mendapat lahan untuk berjualan dan berkewajiban mencari nafkah dengan berjualan. Erika pun mencari video inspirasi yang menarik dan menunjukkan nya pada Lisa, satu-satu nya partner perempuan dalam kelompok tersebut. Lalu mengirimkan nya di group.
"Sekarang kita bikin, ya. Erika tadi tulisan nya apa?" Lisa mengeluarkan mini notes yang kemudian diterima dan dituliskan oleh Erika.
"Nah, nanti yang pertama tuh dari Andre, keduanya Izen nah terakhir baru Akmal kan selaku penjual nya." Erika memberi komando. Namun lain halnya, semua sibuk sendiri sampai pas dilerai oleh Lisa barulah semuanya tenang.
Pembuatan video dimulai.
"Sa, nanti habis kamera nya transisi tuh kemana, ya?"
"Lisa, nanti habis kertas yang ditaruh di punggung, giliran gue kan?"
"Lisa! Jawab gue, ini kamera nya blur minta handphone mu, dong."
"Eh mana coba lihat videonya Lis."
"Itu udah dikirim sama Erika di group." Lisa membalas sambil mengurus kertas.
"Ini video ini mending diganti apa, Lis?"
"Sa, kalau kata gue sih mending diganti bagian di tangan nya."
"Mau ditembok, nggak?" Erika menimpali.
"Apa mau dihapus aja tah scene nya? Di potong, nanti transisi nya di blur di papan tulis." Andre berucap seraya melihat Lisa yang kemudian mengangguk.
"Sa, video nya nggak ada jeh di group."
"Itu masih loading, aku udah kirim."
Erika menimpali Akmal.
"Lisa, ini betulin lah video nya nggak bisa ke download di gue." Alih-alih membalas Erika, apalagi menatap, Akmal menyodorkan handphone nya pada Lisa.
'Kurang ajar.. ini video yang cari aku, Lisa cuma numpang jadi bintang di dalam konten nya. Jadi manusia kok nggak pada tahu terima kasih banget....'
Dengan kekesalan yang memuncak dan kepalan tangan kanan nya, tiba-tiba saja suara adzan ashar berkumandang. Erika yang mendengar itu menghela napas dan mengambil mukena nya.
"Lebih baik aku sholat daripada harus ngemis-ngemis dianggap lagi."
"Sa, aku sholat dulu, ya."
Lisa hanya mengangguk pelan dan kembali menaruh perhatian pada Akmal. Erika menenangkan hati nya yang berkecamuk seraya melangkah kan kaki menuju rumah ternyaman.
Demam ternyata menyukai Erika, ya. Saat pulang tubuh nya mulai panas. Ibu dan Ayahnya mengantar Erika pada dokter dan dokter tersebut memberikan saran agar Erika beristirahat selama 2 hari. Awalnya gadis bungsu itu tidak mau tidak masuk, namun bisa saja radang nya menular pada teman-teman dan dengan kelembutan orang tuanya, akhirnya Erika tidak masuk pada hari itu.
Tidak ada apa-apa yang terjadi, hanya istirahat, minum obat dan malam nya mengerjakan tugas yang tertinggal. Gadis bertubuh tinggi itu berpikir hanya ingin beristirahat satu hari saja, namun demam dan radang nya belum kunjung berkurang, orang tuanya memberi saran agar putri nya itu mau beristirahat satu hari lagi, dengan berat hati Erika menyetujui untuk istirahat. Tidak ada ucapan apapun yang datang padanya kecuali dari teman sebangku dan sekretaris.
Hari ketiga sebelum weekend, akhirnya Erika sudah mulai sehat, namun dia harus tetap menghabiskan obat nya. Suasana kelas berbeda mungkin karena Erika tidak mengunjungi nya dalam 2 hari. Hanya ada satu gadis berkerudung putih menggenggam handphone casing merah nya di barisan ketiga. Dua jarak dari depan bila dari gadis yang baru sembuh itu. Erika menurunkan kursi nya.
"Eh kamu di rumah tetap ngerjain learning tah?"
"Iya lah. Kenapa?" Tanpa menoleh dan masih fokus menurunkan kursi.
"Nggak, dikira leha-leha kamu dirumah."
Dengan nada cuek.
Erika mengerlingkan mata malas dan duduk pada tempat nya.
Seorang gadis yang duduk di belakang Erika pun datang.
"Eh kamu kemana aja, kasihan tahu Tari duduk sendiri mulu."
'Kamu bahkan sama sekali nggak nanya kabar aku..' sayatan seperti muncul dalam benak Erika yang hanya membalas senyum tipis pada orang tersebut.
"Mereka mengkritik tanpa menggunakan empati."
Pentas seni sebentar lagi mulai, maka dari itu kelas harus mempersiapkan sebuah tampilan. Dan di hari pertama weekend ini mereka harus rela menggunakan nya untuk latihan. Di sekolah yang berbeda, Erika turun dari motor.
"Ayah tunggu dulu, ya, tunggu teman aku."
"Iya tenang aja, Ayah selalu tunggu."
"Ey Erika!" Seorang perempuan dengan tubuh yang tidak lebih tinggi dari Erika datang bersama Ibu nya, dan kemudian menyalami Ibu nya tersebut.
'Dia tidak salim pada Ayahku?'
Tari datang bersama dengan Ibu nya.
"Eh Erika ayuk salim kamu tuh!" Masih dengan perempuan yang sama dia berkata. Erika menghela napas dan salim pada ibu teman sebangku nya itu. Namun begitulah kenyataannya, tidak ada satupun yang salim pada Ayah Erika maupun sebagian dari anak lelaki juga berada di dekat nya. Erika menelan saliva kasar dan mengucapkan istigfar. Latihan nya tidak lagi menyenangkan.
"Beb, aku mau ke kelas Mal dulu, ya." Tari berucap dibalas Erika yang sedang menulis tugas mengangguk. Mal adalah pacar nya. Memang ini tergolong sangat cepat untuk memiliki pacar di tahun ajaran baru, tetapi kita memang nya harus apa?
Beberapa menit kemudian Tari datang membawa kotak bekal berwarna cokelat muda. Dia duduk di sebelah kanan Erika dan mendekap kotak nya.
"Kamu tahu nggak ini isi nya apa?"
Erika menggeleng pelan. Teman sebangku nya itu membuka kotak nya, di dalam nya terdapat banyak kue kue manis. Erika hanya tersenyum untuk merespons.
"Isi nya kue! Enak banget ya." Tari berucap senang.
"Wih, enak nya," balas Erika lembut. Lalu kembali mengerjakan kepentingan nya.
Dia bukanlah tipikal orang yang senang memiliki pacar, Erika lebih suka mengerjakan sesuatu sendiri dan tidak suka diikut campur seseorang terlebih seorang lelaki selain Ayah dan Kakak nya. Namun kehidupan Tari adalah kehidupannya dan bukan kehidupan Erika.
Latihan baris berbaris akhirnya hadir. Awal tahun ajaran baru ini memang sulit, banyak sekali yang harus dikerjakan. Erika mengikuti perintah dengan baik.
"Eh kamu ganti saja dengan aku, biar kamu nya ga lag."
Erika menukar posisi.
'Lag? Kamu yang salah arah kok aku yang kamu anggap lag, orang yang salah memang lebih suka membanggakan diri, ya, nggak malu, tah?'
Erika berdecak, hari-hari yang di lalui nya cukup berat, rasa semangat menimba ilmu itu agak memudar karena tidak bahagia. Tangis mungkin selalu keluar di depan Ibu nya setelah bercerita.
"Nak, tetaplah kuat mengejar ilmu, kamu berangkat sekolah untuk mendapatkan cahaya yaitu ilmu bukan membentuk suatu koloni ataupun lingkaran yang tak tentu atau ya, tak penting. Kejarlah ilmu maka nanti kehidupan yang akan mengejar mu."
Sore ini tak mendung, ditemani cahaya oren yang sedikit lagi hampir tenggelam. Erika melangkah keluar dari rumah nya, menyusuri komplek yang hangat, ada beberapa tetangga yang sedang bertukar sapa, dan tentu nya beberapa kucing lucu menghias jalan. Gadis itu duduk pada sebuah kursi dari 5 kursi yang ada di taman, dia hanya duduk diam merasakan angin-angin yang bertebangan menyentuh rambut hitam nya, dan suasana taman rumput mengelilingi danau, begitu indah dan terasa damai. Ketika sedang nyaman menikmati pemandangan taman, ada salah dua orang perempuan yang sedang bergantian mengambil foto satu sama lain, senyum Erika hadir begitu saja.
"Aku merindukan Shella.."
1 tahun yang lalu
Di depan kelas terdapat papan kayu bertuliskan huruf I dan X yang bersebelahan dengan huruf pendamping mereka berdua. Huruf yang berasal dari hasil 0 ditambah 0, namun garis bawah nya terpotong.
"Akhir nya tugas bahasa Inggris selesai, tinggal setor surat aja." Erika memasukkan buku tulis dan paket dalam tote bag.
"Ah kamu mah enak, tinggal 3 surat lagi, aku masih banyak loh, Er!" Shella cemberut.
"Tenang aja, aku selalu sedia bantu kamu hapalin kok!"
"Kamu memang yang paling baik!" Shella mendekap Erika pelan.
"Eh cepet makan Er, kamu punya maag, dibilang makan dulu baru ngerjain tugas bahasa Inggris kenapa sih, ngeyel!" Gadis yang duduk di sebelah kiri Erika itu berkacak pinggang.
"Nggak papa, Shel, ini makan kok! Ayuk makan bareng." Erika mengeluarkan tepak makan.
"Gas!" Shella juga mengeluarkan tempat makan nya. Mereka berdua membuka kotak bekal bersama.
"Waw, bawa apa Er hari ini?"
"Aku bawa sayur tahu sama ikan nila goreng."
"Kelihatannya enak banget! Bikinan Ayah or Ibu?"
"Ini bikinan Ayah.."
"Ih bikinan Ayah memang yang paling enak!"
Puji Shella.
"Kamu bawa rendang Shel keliatan nya enak banget!!" Kali ini Erika memuji.
"Kalau mau ambil aja ya, Er."
"Terima kasih cantik!"
"Selamat makan Erika~"
"Selamat makan Shella." Keduanya melahap suapan pertama mereka bersama. Kelas terasa tenang walau sedikit ribut karena jam istirahat, kalau tenang total bukan kelas namanya. Baru saja dibilang tenang, suara gebrukan muncul dari depan kelas. Beberapa anak mulai keluar kelas dengan buru-buru.
"Eh ada apa, Ta?"
"Ini Er, ada Bu Mina di depan, anak-anak mau pada setor supaya nanti pas mapel nya bisa istirahat." Gadis yang ditanya itu melesat pergi.
"Eh ayuk kita ju-" saat ingin menutup kotak makan, tangan kanan Shella menahan tindakan nya. Erika menatap bingung.
"Baru makan satu suap udah mau ngejar tugas lagi, makan! Nanti magh nya kambuh."
"Loh kan nanti biar santai." Erika nyengir.
"Nggak wajib sekarang, makan aja."
"Kamu mau sekarang nggak Shel? Makan kamu udah sedikit."
"Nggak, aku bareng kamu aja. Ingat, kalau kamu sakit aku sedih."
"Iya baiklah, terima kasih ya!" Erika melempar senyum senang. Dia kembali melahap makanan nya, jujur sebenarnya dia memang sedang sangat lapar.
"Kelompok 2 mau ketuanya siapa?" Tanya Bu Rara. Di siang hari, pada pelajaran PPKN.
"Anca aja Anca." Seru Erika yang sedang bertugas di depan menuliskan nama-nama anggota kelompok.
"Nggak, nanti hectic kelompok nya, Er. Kamu aja ketuanya." Anca membalas dari tempat duduknya. Erika mengangkat bahu.
"Yang lain setuju, nggak.."
"SETUJU!!"
'EH buset..' Erika tertegun.
"Yasudah Kelompok 2, ketuanya Sekretaris tulis!" Tukas Bu Rara membuat Erika menuliskan kata ketua disamping namanya.
Pembagian kelompok sudah selesai. Dan pembagian tugas pun di mulai.
"Kita dapat makna alinea, ada empat alinea dan salah satu nya ada contoh sikap, satunya lagi ada perbandingan kondisi Bangsa Indonesia Pada Masa Penjajahan dan Kemerdekaan.
Udah pas dibagi 6orang. Nah kalian silahkan mau pilih bagian apa."
Erika menuliskan sesuatu di dalam bukunya yang nantinya akan diberi kepada Bu Rara.
Pembagian sudah di dapatkan dengan tertib dan damai.
"Nah untuk metode presentasi nya kita kan bebas nih sesuai dengan bakat kemampuan kita saja. Kelompok yang lain pasti terpaut makalah dan mind map aja, kita coba eksplor, yuk." Erika memulai.
"Eksplor gimana nih Bu Ketu?" Okta, gadis dengan kerudung putih dan gelang berwarna hitam itu menimpali.
"Perumpamaan ya, Anca dan Kiran kan jago menggambar, kalian bikin mind map. Nah terus Ely dan Okta kalian lebih suka ketikan kan, nah pakai makalah, sementara aku suka nulis cerita nih jadi pakai cerpen. Supaya lebih bervariasi lagi, ada yang pakai puisi supaya bagus. Ely atau Dini yang mau? Atau ada yang lain yang mau?" Erika menjelaskan secara rinci. Okta, Anca, Kiran, Ely sontak menggeleng.
"Berarti Dini nggak apa-apa puisi?"
"Aku nggak bisa Er.."
"Aku bakal bantu bikin puisi nya. Mau, ya?"
Ketua kelompok itu meyakinkan.
"Iya, Din. Nanti dibantu. Biar variasi, nanti kelompok kita dapat nilai nya paling tinggi loh!" Okta ikut meyakinkan. Dini akhirnya setuju, namun Erika kembali bertanya apakah tidak apa-apa karena dia tidak ingin adanya pemaksaan, dan Dini pun menjawab tidak apa-apa, dia akan berusaha untuk grup. Semua akhirnya setuju dengan pembagian tugas yang dibagikan oleh Erika selaku Ketua Kelompok kemudian mengumpulkan buku kelompok pada Bu Rara yang menghasilkan ekspetasi besar karena hanya kelompok mereka yang menggunakan metode lebih dari 3.
"Nanti chat ya semua, bilang aja semua kesusahan nya, insya Allah aku akan bantu. Semangat, ya!" Erika mencoba menyemangati anggota-anggota nya agar membara.
"Siap!" Koor semua anggota nya lengkap. Gadis bertubuh tinggi itu bersyukur sekali karena mendapatkan anggota yang mau diajak bekerja sama.
Hari presentasi tiba, kelompok 2 dapat tampil secara maksimal dan dapat menghibur serta mendapat atensi dari audiens. Bu Rara juga memberikan pujian atas tampilan mereka berenam yang luar biasa. Para anggota kelompok lain juga memuji mereka dengan tulus. Setelah semua kelompok mendapat bagian presentasi, nilai akhirnya keluar. Kelompok 2 mendapat angka yang istimewa, angka 9,5 mereka dapatkan dan itu adalah yang terbaik dari kelompok yang ada. Bu Rara juga membagikan informasi kalau nilai ketua akan lebih tinggi dan mempunyai nilai tersendiri. Erika menampilkan senyum, bagaimana pun diri nya mampu mendapat nilai besar karena kerja sama anggota nya juga. Sekretaris 1 itu beralih ke koperasi yang berada tidak jauh dari kelas nya, hanya dibatasi oleh 1 kelas saja. Dia mengambil 7 chocolatos berukuran panjang dengan bungkus berwarna hitam. Gadis itu ingin memberikan rewards pada anggota nya karena telah bekerja keras. Kembali pada kelas, dia memberikan satu tentunya pada sahabat nya, kemudian menghampiri meja Okta, Kiran, Dini, Ely dan terakhir Anca karena berada di barisan paling kanan, cukup jauh dari tempat duduk gadis tersebut. Semua anggota mengucapkan terima kasih tentu nya Erika juga membalas ucapan terima kasih mereka, kerja kelompok ini benar-benar hebat!
Waktu yang sangat padat bersamaan dengan tugas tugas yang mulai menumpuk di kelas IX ini bisa membuat keadaan seseorang turun, contoh nya adalah Sekretaris kelas huruf ke-tujuh ini. Dengan berat hati, dia butuh istirahat selama dua hari karena magh nya kambuh. Sangat menyiksa namun afirmasi-afirmasi positif yang diberikan oleh keluarga dan sahabat nya. Dua hari berlalu, kesehatan Sekretaris 1 itu sudah membaik, dia memutuskan untuk masuk ke kelas. Seperti biasa, karena suka berangkat pagi, dia menjadi yang paling pertama hadir.
Dan membacakan alfatihah untuk dirinya sendiri, teman kelas serta guru-guru di SMP Nusa Cipta itu.
"ERIKA! YA AMPUN, UDAH SEHAT?!" Gadis dengan kerudung putih dan dasi yang di kalungkan tidak rapih mendekati nya.
"Alhamdulillah udah sehat! Kangen kamu!"
"Sama! Sekretaris 1 kamu sangat dirindukan!" Mereka berdua saling memegang tangan dan bersorak. Kemudian gadis itu kembali pada tempat duduknya.
"Erika! Akhirnya! Kangen banget tahu!" Shella datang dan mendekap sahabat nya itu.
"Aku juga sangat kangen.." Erika menepuk pundak sahabat nya pelan.
"Kamu bawa obat mu kan? Jangan lupa nanti siang diminum." Shella menaruh tas di kursi sebelah kiri sahabat nya itu yang mengangguk mengartikan siap.
"Er! Kemarin sakit apa? Maag tah? Jangan minum aja susu coba!" Dan satu lagi, Ta. Gadis bertubuh kecil yang duduk di belakang meja Erika Shella mengucap sapa.. ya sapa nya begitu. Erika hanya tertawa kecil.
"Iya terima kasih perhatian nya ya, muah!" Ta bergidik ngeri membuat dua sahabat itu tertawa.
Ujian praktek Seni Budaya adalah Pensi. Dan mereka mendapat bagian memainkan alat musik tradisional, latihan sudah berjalan 2 minggu dan semua berjalan dengan lancar. Dua sahabat ini memegang angklung not e. Latihan nya sangat menyenangkan karena berhubungan dengan musik sangat berwarna. Akhirnya di hari rabu yang padat ini, pukul 4 latihan selesai. Ayah Erika telah menunggu di pagar menunggu putri bungsu nya keluar. Melihat ada Ayah Erika, Shella langsung ikut menghampiri dan menyalami lelaki paruh baya tersebut.
"Wah Shella, apa kabar?"
"Baik selalu Yah! Kan selalu sama Erika!"
Erika menunjukkan muka jengkel mengapa kalau di depan orang tuanya, sahabat cantik nya ini seperti lumba-lumba, banyak tingkah.
"Mau bareng nggak?" Tawar Ayah.
"Eh nggak perlu, Yah. Aku dijemput Papa. Udah Erika pulang sana." Shella mendorong pundak Erika pelan. Ayah kemudian membawakan ransel oren Erika terlebih dahulu menuju mobil.
"Kamu padahal nggak papa loh nggak salim, kamu nunggu aja di basecamp kita."
"Nggak sopan tau Er, kalau aku bisa salim kenapa nggak? Orang tua mu itu orang tua ku juga."
Erika tersenyum, entah kenapa hati nya terasa teduh sekali.
"Aku sayang banget sama kamu!" Erika menimpali.
"Idih tiba-tiba banget, too." Shella membuang muka. Erika tertawa dan mengucap pamit pada sahabat nya yang berakhir memberikan senyum. Bahkan matahari yang sudah ingin tenggelam pun tertawa melihat keduanya.
Kenal lebih lanjut tentang Shella, sahabat Erika yang mempunyai seorang lelaki yang dianggap nya pacar namun tidak memiliki status pacar. Rahasia umum. Dan cukup membingungkan kenapa Shella tak menceritakan apapun tentang dia dan hubungan nya, hingga akhir nya Erika bertanya.
"Maaf Er, aku nggak bermaksud menganggap mu tak penting. Kamu adalah sahabat yang paling aku sayangi. Aku nggak mau ganggu kamu dengan cerita yang nggak kamu minati. Kamu nggak suka berbau tentang pacaran, kamu juga sudah memperingati ku agar tidak kelewat batas tentang menyukai seseorang, jadi aku tidak ingin cerita karena aku takut mengganggu mu, aku takut membuat mu tidak nyaman." Shella berucap dengan gugup.
Erika tak bisa berkata apa-apa, mendapat sahabat seperti Shella adalah suatu anugerah yang luar biasa dia dapatkan dalam hidup nya sejauh ini ketika dulu pernah dikhianati oleh orang yang dipanggil 'sahabat' nya itu.
"Terima kasih karena telah memikirkan aku. Tetapi kamu tetap sahabat yang ku sayangi, aku ingin kamu selalu baik-baik saja. Kalau ada sesuatu jangan di pendam dan langsung katakan dengan ku, ya!" Erika merangkul pundak Shella.
"Tentu saja, Er!" Keduanya saling melempar senyum. Persahabatan yang dijalani dengan tulus, saling membantu, dan empati yang tinggi serta keimanan yang besar akan membawa pada keberkahan dan kebahagiaan hidup.
Sama seperti bunyi sebuah hadist :
"Seorang hamba tidak akan mencapai tingkat sempurna keimanan sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri." (HR. Bukhari, Muslim).
Air mata keluar begitu saja dari pelupuk mata. Rasa sesak di dada setelah memutar memori lama itu membuat mata nya terpejam yang entah membawa kesadaran menurun. Sebuah cahaya putih berkilau muncul menyadarkan pandangan gadis itu.
"Ibu?" Tanya nya bingung dengan mulut yang kelu.
"Nak. Tetapkan lah pada tujuanmu mengapa kamu memilih SMA Pelita Harmoni sebagai sekolah penggantimu. Janganlah kamu memikirkan tentang orang lain yang tidak memikirkanmu. Mengejar ilmu memang bukanlah hal mudah, tetapi bagi siapapun yang kuat dalam mengejar suatu ilmu, dijanjikan bagi mereka hati yang kuat dan keimanan yang luar biasa. Tegakkan hatimu disini, walau tak ditemani oleh teman-teman yang menyayangimu, tabrak semua penghalang-penghalang yang merugikanmu dan tetaplah pada jalan yang benar. Memilih sekolah peringkat 2 tak perlu mengharapkan belas kasih, berpegang lah akan mimpi besar dan mimpi muliamu, Putriku. Erika, adalah yang terbaik dari dulu hingga nanti, anak cerdas, sholehah, kebanggaan Ibu yang senantiasa akan selalu bahagia dan diberi kemudahan. Kuat, ya Nak. Karena dalam menimba ilmu, tidak semua bisa berjalan lurus dengan tekad yang kokoh. Ibu percaya kamu bisa, karena Erika selalu membanggakan keluarga. Untuk Ibu, Ayah, Kakakmu yang sedang berkuliah dan pasti nya untuk Allah."
"Hah!" Siluet Ibu telah menghilang, dan Erika membuka kembali matanya. Taman sudah mulai sepi, dia mengatur napas nya pelan. Hanya ada 2 kucing, satu petugas kebersihan, dan 2 orang pria paruh baya duduk di bangku lain taman. Gadis itu menelan saliva kasar, mengusap peluh nya yang keluar banyak. Kemudian beranjak dari duduk nya.
"Memang benar, aku adalah Erika, yang dari dulu selalu menjadi yang terbaik. Mereka yang baru mengenalku tak bisa membuat mimpi dan harapanku pupus, akan kubuat mereka yang menginjak diriku menyesal. Lupakan tentang pertemanan yang sia-sia dan berfokuslah pada tujuan utama sebagai seorang siswa!" Teriak Erika pada kata terakhir nya. Dia mengepalkan kedua tangan kanan nya, dan mulai melangkah kembali menuju rumah nya. Dengan posisi yang berbeda, pundak yang tegap, netra yang tajam, dan tentu nya keimanan yang tinggi di dalam hatinya.
Dari Anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda:
مَنْخَرَجَفِىطَلَبُالْعِلْمِفَهُوَفِىسَبِيْلِاللهِحَتَّىيَرْجِعَ
Artinya: "Barangsiapa yang keluar untuk menuntut ilmu, maka ia berada di jalan Allah hingga ia pulang," (HR Tirmidzi).
--
/Selamat memperingati hari Maulid Nabi Muhammad SAW 1446 H 💚
*ditulis sebagian besar berdasarkan kisah nyata.
#farahbilbina
#faberry
#fabelufy
#ilmu
#persahabatan
Pemapqran yang menarik dan berisi hikmah. Salam literasi.
BalasHapusPAS AWAL BACA INII, SO EXITED
BalasHapus